Ged a Widget

Sabtu, 20 April 2013

Ada Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Rohana Kudur, Malahayati, Mengapa harus Kartini ?


Assalamu'alaykum..

Berawal dari kegelisahan saya atas terlambatnya mengetahui bahwa ada banyak fakta sejarah yang dikaburkan oleh kepentingan2 barat.

Dan setelah membaca beberapa artikel/buku,
hati saya tergugah untuk menyampaikan kepada teman teman, walaupun hal ini sudah banyak ditulis dan disampaikan dalam banyak artikel dan buku,

RA Kartini lahir di dalam lingkungan keluarga ningrat Jepara.
Gadis cerdas yang dibesarkan dalam pingitan ini, tumbuh dewasa dengan ragam gagasan dan pemikirannya yang kritis.
Beberapa gagasan yang beliau tulis dalam suratnya adalah keinginannya untuk memajukan kehidupan wanita.
Hasil tulisannya juga tersebar melalui surat kabar dan majalah Belanda.

Kumpulan surat surat Kartini diterbitkan oleh JH Abendanon beberapa tahun setelah beliau wafat.
Kemudian buku yang diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis Tot Licht) ini,
didistribusikan oleh Balai Pustaka yang saat itu tengah mendominasi pendistribusian buku di Indonesia.
Karena peran media, beliau dikenal oleh banyak orang dan dianggap sebagai sosok wanita teladan yang mempunyai gagasan revolusioner.

Sosok Kartini yang ditokohkan dan dianggap sebagai wanita yang mempunyai gagasan revolusioner dan maju pada zamannya, adalah salah satu bukti dari sekian banyak sejarah yang dimelencengkan.
Padahal pada waktu itu ada banyak sosok wanita lain yang justru jauh lebih maju dan lebih nyata peran serta pengorbanannya.

Ada Rohana Kudus dari Padang. Beliau adalah Wartawati (wartawan perempuan) pertama di Indonesia.
Beliau menerbitkan tulisannya sendiri secara langsung melalui koran2.
Berbeda dengan Kartini yang dikenalkan oleh JH Abendanon seorang belanda yang menerbitkan surat2 Kartini justru setelah Kartini wafat.
Ada Dewi Sartika. Wanita asal Bandung yang mendirikan sekolah perempuan. Peran yang terbukti nyata.
Ada Cut Nyak Dien dan Malahayati dari Aceh yang lebih luar biasa lagi. Mereka berperang terjun lansung ke Medan. Tak sedikitpun tunduk dan menyerah pada Belanda.
Berbeda dengan Kartini yang justru malah mengadopsi gaya berfikir fiminisme barat.

Penokohan Kartini sebagai seorang pahlawan, juga tak lepas dari kepentingan penjajah Belanda dalam bidang politik, ekonomi dan penyebaran pemikiran.
Dalam surat surat Kartini pun banyak ditemukan gagasan yang cenderung dipengaruhi oleh pemikiran2 barat.
Salah satunya adalah keinginan untuk lepas dari etiket adat serta agama.

Dari fakta sejarah yang ada, lalu mengapa yang ditokohkan justru Kartini? Mengapa bukan Cut Nyak Dien, Dewi Sartika atau Rohana Kudus dan Malahayati?

Opini yang saya sampaikan ini bukan bertujuan menggugat penokohan Kartini.
Dan semoga, fakta sejarah ini tak mengurangi rasa hormat kita kepada Beliau.
Toh ada hal yang dapat kita jadikan contoh dalam kehidupan Beliau.

Saya hanya menyampaikan bukti sejarah yang nyata kepada teman teman, bahwa banyak sejarah yang sengaja 'dikaburkan' oleh kepentingan2 barat.
Masih banyak lagi fakta sejarah yang masih belum kita ketahui, Wallahua'lam..

Wassalamu'alaykum..